Revianda
Maulana S. P / 27
WABAH
Judul
Teater : WABAH
Naskah
: Budi Ros
Sutradara
: Rangga Riantiarno
Pimpinan
Produksi : Ratna Riantiarno
Tanggal
Rilis : 18 November 2020
Pemain
Panggung :
1.
Budi Ros – Semar
2.
Raheli Dharmawan –
Petruk
3.
Zulfi Ramdoni – Gareng
4.
Dick Perthino –
Bagong
Drama teater ini menceritakan tentang
keadaan 4 Sekawan yang sedang kesulitan dan terpuruk karena adanya penyebaran
wabah Covid-19. Di situasi seperti ini Gareng dan Petruk memiliki keinginan
untuk bisa mengembangkan bisnis agar bisa mendapatkan penghasilan di masa
pandemi seperti ini. Hanya saja cara yang mereka ingin berjualan sangatlah
tidak baik dengan cara menjual harga yang tinggi agar bisa mendapatkan
keuntungan yang besar. Selain keinginan untuk mendapatkan ide yang besar,
banyak harapan yang dimiliki oleh Bagong untuk bisa mendapatkan bansos berupa
sembako dari berbagai pihak. Semar pun harus bertindak agar ke tiga kawannya
tidak melakukan hal yang membuat suasana semakin terpuruk.
Semua keinginan dan harapan dari Bagong,
Gareng dan Petruk berawal dari munculnya wabah Covid-19 yang melanda di Negeri
ini. Mereka bertiga sangat kebingungan terkait agar bisa mendapatkan
penghasilan yang banyak agar dapat membantu kehidupan mereka selama masa
pandemi. Dipagi hari, Petruk yang sedang membersihkan sepeda milik Semar dan
Gareng yang sedang mengotak – atik dagangan sabun miliknya dan Bagong yang
masih tertidur pulas tiba – tiba kedatangan Semar. Semar yang terheran melihat
mereka bertiga yang masih santai di pagi hari mengingatkan mereka untuk
semangat bekerja dan jangan bermalas – malasan.
Gareng mengatakan kepada Semar bahwa
dirinya sedang mempersiapkan dagangannya yakni sabun untuk dijual kepada banyak
orang. Gareng berencana untuk menjual dengan harga yang tinggi agar memperoleh
keuntungan yang besar. Semar yang mendengar rencana Gareng tersebut sangat
tidak setuju karena Gareng memanfaatkan situasi yang terpuruk ini untuk
mendapatkan keuntungan yang banyak. Di tengah – tengah perbincangan mereka
berdua, Petruk yang sedang membersihkan sepeda kemudian ikut mendukung rencana
Gareng dihadapan Semar. Mereka bedua berusaha meyakinkan Semar bahwa bisnis
yang akan dikerjakan tersebut sangat menjanjikan dan menguntungkan. Terlebih
lagi Petruk juga memiliki ide untuk menyewakan sepeda milik Semar karena
melihat harga sepeda yang melonjak dimasa ini, maka ia pun juga bisa
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan cara menyewakan sepeda milik
Semar.
Semar yang mendengar rencana Gareng dan
Petruk sangat tidak menyetujuinya. Karena mereka bekerja dan mendapatkan uang
dengan cara “aji mumpung” dan hal itu sangatlah tidak baik dan tidak berkah
pula hasilnya. Semar mengingatkan kepada mereka berdua bahwa jangan
memanfaatkan keadaan di masa sulit seperti ini untuk mementingkan kepentingan
pribadinya. Mereka harus bisa mengerti terkait situasi dan kondisi saat ini.
Mereka harus bisa mengerti terkait situasi dan kondisi saat ini. Mereka harus
bisa mengerti terkait situasi dan kondisi saat ini. Semar mengatakan bahwa
mereka sebaiknya mengelolah ladang dan sawah yang ada dibelakang agar bisa
dipanen hasilnya dan dijual untuk memperoleh keuntungan yang sesuai daripada
harus berjualan sabun dan menyewakan sepeda. Petruk dan Gareng masih saja
berusaha meyakinkan bahwa bisnis tersebut sangat menjanjikan dan menghasilkan
banyak uang.
Di tengah – tengah perbincangan mereka,
Semar membangunkan Bagong yang sedari tadi hanya tidur. Bagong pun bangun dan
ia bercerita kepada mereka semua bahwa ia bermimpi mendapatkan bansos berupa
sembako dari Presiden, RT, RW, Lurah, Wali Kota, Gubenur, dan bahkan pengusaha.
Gareng dan Petruk yang mendengarkan cerita Bagong sangat senang sekali dan
antusias seakan semua itu adalah kenyataan. Padahal semua yang Bagong katakana
adalah mimpi semata.
Semar yang mendengar cerita khayalan dari
Bagong lantas mengatakan bahwa semua itu hanyalah mimpi Bagong yang terlalu
berlebihan sehingga ia melantur. Semar menasehati Bagong agar tidak perlu
mengharapkan bantuan dari berbagai pihak untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari
– hari. Ia juga mengingatkan bahwa di pandemi ini tidak hanya mereka yang
terkena dampak perekonomiannya. Tetapi banyak orang diluar sana yang lebih
terpuruk dari pada mereka. Sehingga mereka juga harus bersyukur masih memiliki
ladang dan sawah yang luas untuk ditanami dan hasilnya dijual untuk memperoleh
keuntungan. Semar pun memberikan semangat kepada mereka untuk terus bekerja
keras dan berusaha dengan keras agar apa yang mereka inginkan pun bisa
tercapai. Dan pada akhirnya pun mereka semua mau menerima keadaan yang ada dan
berjalan bersama menuju ladang untuk menanami jagung.
Drama teater ini sangatlah sesuai sekali
dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat luas di awal tahun 2020. Dimana
mereka semua kehilangan pekerjaannya dan berusaha mencari jalan pekerjaan lain
tetapi juga memiliki siasat untuk mencapai keuntungan sebesar – besarnya.
Misalnya saja dengan penjualan sabun, masker, dan sepeda. Terlebih lagi untuk
Swabtest, PCR, dan Antigen yang harganya sangat tinggi. Pada drama tersebut
juga sama mengangkat tentang permasalahan yang ada di kehidupan nyata. Hanya
saja penyampaian isu yang dibahas tidak terlalu kuat dan lebih memfokuskan
kepada sifat egois yang memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan keuntungan
sebesar – besarnya. Dialog yang disampaikan oleh aktor pun terus saja mengalami
pengulangan sehingga membuat penonton dapat menebak alur untuk adegan
selanjutnya. Properti yang digunakan dalam adegan itu pun cukup sederhana dan
hanya sekedar pelengkap saja, tidak terlalu dibutuhkan juga sehingga sangat kurang
sekali untuk mengisi panggung yang disediakan. Selain itu aktor yang memerankan
Bagong juga tidak terlalu banyak menyampaikan dialog dan pembawaan suasana
ketika sedang bercerita mengenai mimpinya juga sangat kurang, sehingga kesan
yang didapatkan dan dirasakan oleh penonton juga masih kurang.
Keunggulan yang tampak pada drama teater
ini adalah mengangkat pengalaman nyata di kehidupan sehari – hari sehingga
penonton dapat mengerti mengenai alur yang disajikan. Dan biasanya drama teater
di pertengahan sangat mulai terasa membosankan bagi penonton yang melihatnya,
tetapi tidak untuk drama ini karena pembawaan aktor Gareng dan Petruk yang
membawakan akting dengan sangat baik dan disertai dengan bahasa atau gerakan
tubuh baik jika sedang berbicara atau tidak. Bahasa yang digunakan pun
sangatlah sesuai dengan bahasa sehari – hari, terlebih lagi pada saat Semar
mengingatkan kepada Gareng dan Petruk untuk tidak mementingkan kepentingan
sendiri di masa sulit seperti ini dengan mengambil banyak keuntungan. Dan yang
paling penting adalah iringan musik yang pas sebagai iringan ketika melakukan
suatu tindakan dapat menjadikan drama tersebut semakin menarik untuk ditonton.
Saya sendiri sebagai penggemar drama
terlebih lagi drama teater yang mengangkat cerita atau isu di kehidupan sehari
– hari ini sangat menyukai sekali drama teater ini. Karena selain alur yang
disajikan sederhana dan mudah dipahami tetapi pembawaan dari para aktor juga
mendukung suasana untuk menontonnya berulang kali. Sehingga tidak membuat
penonton bosan ketika menonton drama tersebut. Pesan dan juga amanat yang
diberikan di penghujung cerita pun juga sesuai dan relate dengan kejadian
sehari – hari. Sehingga saya sangat menyarankan agar semua orang menonton drama
teater ini sebagai hiburan.
Komentar
Posting Komentar