Resensi Wabah (Fauzan)

 


Kelompok Pementas : Teater Koma

Bentuk Pementasan : Teater

Naskah : Budi Ros

Waktu Pementasan :18 November 2020

Tempat Pementasan : Sanggar

Penonton : Umum

Pementas : Budi Ros, Raheli Dharmawan, Zulfi Ramdoni, Dick Perthino

Semar : Budi Ros

Petruk : Raheli Dharmawan

Gareng : Zulfi Ramdoni

Bagong : Dick Perthino

         

 

          Setelah menonton teater WABAH yang dipentaskan oleh Semar (Budi Ros), ia dibuat bingung dengan tingkah ketiga anaknya Gareng (Zulfi Ramdoni), Petruk (Raheli Darmawan) dan Bagong (Dick Perthino), Mereka mencari keuntungan dari pandemi yang sedang berlangsung. Semar bingung karena seluruh negeri dilanda wabah. Bukan karena wabah, tapi karena ulah ketiga anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Ketiganya berniat memanfaatkan situasi saat ini. Tentu saja, Semar tidak akan tinggal diam.

 

Teater yang berjudul WABAH ini mengangkat isu kesehatan dan sosial saat ini, wabah virus COVID-19. Dalam teater, fase plot dimulai dengan fase awal, fase konflik, fase kompleks, fase puncak, fase pembubaran, dan fase epilog. Hingga akhirnya, semua anak Semar menurut dan pergi ke sawah sesuai perintah Semar.

 

Konflik pun terjadi antara Semar dan ketiga anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Konflik muncul ketika ketiga anak Semar ingin memanfaatkan wabah Covid-19 untuk berbisnis dan meraup untung besar. Anak-anak Semar juga sangat mengharapkan bantuan karena pandemi saat ini. Karena keinginan anak-anak itu, Semar marah dan tidak setuju dengan keinginan anak-anak itu. Pada akhirnya, muncul konflik antara Semar dan ketiga anaknya. Pesan tersebut disampaikan melalui dialog para aktor. Pesan aktor adalah bahwa kita tidak boleh mengambil keuntungan dari situasi saat ini untuk keuntungan kita sendiri. Lebih baik lagi jika kita berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

 

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertunjukan Teater Koma yang berjudul "Wabah" benar-benar mencerminkan kehidupan manusia di masa pandemi covid-19, dengan banyaknya manusia yang memanfaatkan kesulitan di segala aspek kehidupan. Banyak di antara mereka yang sengaja melebih-lebihkan kebutuhan untuk melipatgandakan keuntungan, dan banyak pula yang menggelapkan uang bantuan sosial sehingga masyarakat hanya bisa berharap bantuan tanpa ada yang membantu.

 

 

Komentar