Resensi Nasihat Bijak Sang Romo (Yunita)

 

Yunita Ardyanti

XI MIPA-1/ 34

Resensi Drama

Nasihat Bijak Sang Romo



Judul drama                : Wabah

Produser drama           : Bakti Budaya Djarum Foundation

Sutradara drama          : Rangga Riantiarno (panggung), Rasapta Candrika (visual)

Pemain drama             : Budi Ros, Raheli Dharmawan, Zulfi Ramdoni, Dick Perthino

Durasi drama              : 25.25

Penulis drama             : Budi Ros

Produksi                      : Bakti Budaya Djarum Foundation

(Link youtube : https://youtu.be/kdnom5R0xTI)

 

Pentas ini berupa cerita-cerita pendek yang tergabung dalam judul teater koma. Di seri ini yang merupakan naskah karya Budi Ros yang juga memerankan tokoh utama sangat cocok bagi siapapun yang ingin menghabiskan waktu dengan drama musikal dengan jangka waktu yang pendek. Drama ini berjudul Wabah yang menceritakan tentang Panakawan yaitu Semar dan anak-anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong yang sedang mencari keuntungan dikala wabah, tentu saja sebagai Romo Semar tidak tinggal diam dan selalu menasihati anak-anaknya. Nasihat Semar sesuai dengan apa yang terjadi saat ini.

 

Dalam drama ini membahas tentang nasihat-nasihat bijak dari Semar dengan mengambil latar didepan rumah/ pelataran rumah. Penataan yang ada di pelataran sangat bagus, detail bahkan ada cabang pohon yang terlihat dilayar, dengan pencahayaan seperti suasana pagi yang masih banyak embun dan segar serta suara dari ayam yang berkokok. Penataan rias dan kostum sangat cocok dan menyatu dengan karakter yang mereka perankan, penataan rias tidak luntur dan terlihat tanpa cela apalagi ekspresi mereka yang tetap lucu walaupun diam dikarenakan tatanan rias mereka. Walau ada pemusik dibelakang tetap tidak mengganggu atau merusak suasana, sangat cocok dan sederhana.

 

Semar yang merupakan Romo dari ketiga anaknya menyaksikan anak-anaknya bermalas-malasan didepan rumah dan menegur mereka, Gareng yang sedang menyiapkan dagangan sabunnya, Petruk yang sedang membersihkan sepeda ontel milik Semar, dan Bagong yang tertidur pulas. Tak disangka Gareng dan Petruk ingin mengambil untung besar dari menjual sabun, penyewaan sepeda milik Semar, dan inovasi Gareng yaitu menjual alat pendeteksi covid. Mereka ingin cepat kaya dan memiliki banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semar yang merasa mereka sudah menyalahi kodrat menegurnya dan memberikan nasihat. Begitupun dengan Bagong yang hanya suka tidur dan bermimpi tanpa adanya usaha. Semar pun mengajak mereka ke ladang dan senantiasa bersemangat walau pandemi dan mengajak para penonton pula.

 

Beberapa kelemahan dari drama yang dapat penonton lihat adalah adanya dialog yang tidak sesuai dengan apa yang aktor perankan, contohnya saja, “Lah kalau aku menggambarkan Semar seperti kamu, aku nggak bakalan dapet casting tahu.” Dialog tersebut menjadikan suatu kejanggalan karena keluar dari konteks. Serta pelindung wajah yang mereka gunakan terlihat kotor dikamera, mungkin bisa lebih bersih dan rapi lagi.

 

Kelebihan dari pentas ini adalah kostum yang mereka gunakan mempermudah penonton yang tidak mengerti Panakawan, dikarenakan kalung yang mereka gunakan terdapat inisial nama mereka, juga postur tubuh yang kentara contohnya Semar yang sudah tua maka diwujudkan dengan postur tubuh yang membungkuk, Bagong yang suka tidur dan memang sudah dasarnya gemuk maka diwujudkan dengan orang yang berbadan besar pula. Musik yang gampang diingat juga kelebihan dari teater ini. Intonasi suara dan penjiwaan yang mereka perankan sungguh luar biasa karena terdengar menyenangkan walau gerakan yang ditampilkan sederhana.

 

Drama ini membuat yang melihatnya sekali, ingin melihatnya lagi dan lagi karena cara penyajian yang seru dan enak didengar, jadi kemungkinan besar ketika penonton ditanya tentang rekomendasi pentas drama apa yang bagus penonton akan merekomendasikan drama ini, apalagi jika penikmat teater ini ditanya oleh seseorang yang suka mencari keuntungan lebih yang bisa dikatakan ajimumpung dikala pandemi saat ini.


Komentar