Cerpen "Best Friend" Karya Riyandani

 Riyandani Dwi R. S. 

XI MIPA 1 / 29


Best Friend

Namaku Lani, aku mempunyai sahabat bernama Amel dan Elin. Menurutku mereka adalah orang yang spesial.

Suatu waktu saat disekolah pada jam pembelajaran ke 3 mata pelajaran bahasa inggris diadakan tanya jawab soal bahasa inggris dan pada saat itu aku berusaha untuk menjawab selama guru mengajukan pertanyaan pertanyaannya dan hampir semua soal aku dapat menjawabnya.

Kring kring, bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat.

Saat itu aku buru buru menghampiri Amel dan Elin yang akan jalan keluar kelas, entah mengapa aku merasa mereka dengan sengaja meninggalkan aku.

Dan dengan cepat aku bicara “heii tunggu aku”

“Apa” serentak mereka menjawab.

“Tunggu aku, kenapa kalian cepat cepat jalannya” tanyaku.

Mereka tidak menjawabku tapi tetap jalan terus.

Dan pada akhir nya kami bertiga sampai di kantin tempat kami biasa berkumpul bersama.

Aku pun mulai bertanya tanya mengapa mereka bersikap acuh kepadaku.

“Kalian kenapa, apa ada masalah?”

Mereka pun mulai menjawab “tadi kamu ngapain jawab terus soal bahas inggrisnya?”

“Kan aku mau aktif biar dapat nilai” jawabku.

“Iya tahu tapi kan aku juga mau jawab tadi, tapi kamu terus yang jawab” ucap Elin.

“Kasih kesempatan dong” Ucap Amel.

Spontan aku menjelaskan.

“Iya maaf tadi gurunya juga yang tunjuk aku, mungkin siapa cepat yang  dipilh tadi”

Kring kring, bel berbunyi menandakan waktu masuk kelas untuk melanjutkan pembelajaran mata pelajaran matematika.

Dengan cepat kami kembali ke kelas, pada saat pembelajaran aku tidak dapat fokus karena kepikiran masalah tadi. Beberapa jam kemudian bel sekolah berbunyi menandakan jam pembelajaran terakhir selesai dan waktunya untuk pulang.

Tiba tiba Amel dan Elin datang menghampiriku dan berkata.

“Lanii pulang bareng yuk”. Ajak mereka.

Aku dengan spontan menjawab “yukk”

Kami pulang bertiga dengan jalan kaki, sembari kami jalan aku bertanya tanya kepada mereka.

“Kalian udah ngga marah lagi nih sama aku?”

Amel menjawab “Enggak ngapain kita marahan”

“Enggak dong” sahut Elin.

“Kita nggak marah lagi ke kamu lagian buat apa marahan gara gara masalah sepele seperti itu” ucap Elin.

“Iya benar” sahut Amel.

“Makasih banyak ya kalian udah mau pengertian” ucapku.

Tidak lama kemudian kami sudah akan berpisah jalur ke rumah masing - masing. Benar saja mereka adalah orang spesial kenapa spesial karena mereka adalah sahabatku.

Komentar