PENTINGNNYA
BELAJAR
Naura S Marsyalina
XI MIPA 1 / 22
Hai, Kenalkan namaku Nana. Di pagi hari ini
aku sangat semangat untuk menuju ke sekolah, karena hari ini merupakan hari-hari
terakhir disaat aku duduk di kelas 9
SMP. Aku ingin cepat-cepat lulus dan sudah membayangkan bagaimana rasannya
duduk di bangku SMA, yang berarti aku akan mempunyai banyak teman baru dan akan
semakin dekat dengan tujuan cita-citaku. 3 bulan kedepan adalah hari dimana
kelas 9 akan melaksanakan UN ( Ujian Nasional ), dan aku telah disibukkan oleh
beberapa bimbingan les pelajaran disetiap sore harinnya. Aku mempunyai sahabat
ynag bernama Dinda, dia juga merupakan teman seperjuanganku untuk ujian ini.
Tetapi aku sangat heran dengannya, karena dia tidak pernah belajar dan selalu
bermain game kesukaanya yaitu The Sims. Aku sangat mengkhawatirkannya ketika
Ujian Nasional ini telah tiba, lalu dia tidak bisa mengisi jawabannya dengan
tepat.
Hari
ini adalah hari dimana kami harus menghadapi Ujian itu di kelas masing-masing,
dan tiba-tiba Dinda bertanya padaku.
Dinda : “ Na, Kenapa semua teman
kita sangat ambis ya ? Padahal kan pelajaran hari ini tidak ada ulangan ataupun
pelajaran matematika. Dan lihatlah raut wajah mereka hahaha, terlihat sangat
panik. ”
Nana : “Hahh ? Kenapa kamu tanya
hal seperti itu Din ?, Hari ini adalah waktu kita untuk menghadapi Ujian
Nasional, wajar saja jika panik karena ini menentukan kelanjutan sekolah SMA
kita nanti !”
Dinda : “Bukannya masi satu
sebulan lagi ya ?”
Nana : “Hei Din, jangan terlalu
santai. Aku sudah sering mengingatkan bahwa hari ini adalah hari Ujian kita.
Jangan bilang kamu tidak belajar ya ?”
Dinda : ”Apa iya na, jangan
bohong !”
Nana : “Aku ga bohong din,
kamunnya aja yang terlalu santai.”
Dinda : “Sekarang gimana Na, cara
aku agar bisa memahami pelajaran yang akan diuji ini ?.”
Nana : “Waduh Din, menurutku
tidak ada solusi, salah satunnya hanyalah membaca lagi materi secara cepat.
Tetapi cara ini kurang efesien, takutnnya kamu tidak menghafalnnya.
Dinda : “Yaudah gapapa Na yang
penting aku belajar sedikit .”
Waktu ujianpun telah dimulai, dan
masing-masing siswa sudah menyiapkan beberapa alat tulisnnya diatas meja. Semua
pengawas kelaspun sudah menempati kelas masing-masing.
Pak Guru : “Baiklah anak-anak,
hari ini adalah hari Ujian Nasional kalian, dimana ujian ini akan menentukan
sekolah SMA kalian nanti. Diharap untuk siswa-siswi dilarang mencontek dan
mengerjakan soal dengan alat tulis sendiri !”
Tiba-tiba saja Dinda berbisik kepadaku,
ternyata dia tidak membawa alat tulisnnya secara lengkap. Jujur saja hal ini
lumayan mengangguku, Karena dari tadi pagi Dinda sudah membuat masalah yaitu
terpaksa mendesakku untuk mengajarinnya beberapa materi dan meminjam alat
tulisku.
Sebulan kemudian hasil tes Ujian Nasional
telah keluar, langsung saja aku dan Dinda segera berlari menuju ke ruang guru
untuk melihat bagaimana hasil ujian. Aku sangat senang ketika melihat hasil
ujianku karena aku berhasil meraih nilai yang lumayan tinggi yaitu 39,75 dan
aku sangat senang karena ternyata aku adalah peraih nilai tertinggi di kelas 9
ini. Setelah melihat nilaiku, aku langsung saja menanyakan bagaimana nilai
Dinda. Kulihat Dinda sedang menangis di kelas, dia bercerita kepadaku bahwa dia
mendapat nilai yang kurang memuaskan yaitu 32,80 Sontak saja aku kaget ketika
mendengarnnya. Namun kurasa hal ini memang sepadan dengan apa yang dilakukan
Dinda, karena dia tidak pernah belajar dan akhirnnya tidak bisa meraih hasil
ujian sesuai apa yang ia mau.
Komentar
Posting Komentar