Cinta Raya Rita H.
XI MIPA 1
Mimpi
Yang Nyata
Sudah lama aku menyimpan perasaan ini padanya, ntah
kenapa semakin hari aku semakin jatuh hati padanya. Tak tau mengapa aku bisa
jatuh hati pada manusia dingin seperti itu, aku pun tak tau apakah dia mempunyai
perasaan yang sama padaku.
Aku sangat tidak sabar bertemu dengannya di kantin, “Hai
rara, tumben nih datang pagi” tak
sadar aku melamunkan dia sehingga aku tak tau sahabatku vina menyapa ku. “Raraa,
kamu mikirin apasii sampai aku dicuekin”, aku pun tersadar dan mulai mengetahui
ada vina di sampingku “Eehh vina, aku cuma mikirin try out buat minggu depan
nih”.
Vina hanya menatapku dengan aneh dan dia sepertinya
menyadari bahwa aku masih memikirkan tentangnya “Hmmm aneh yaa, kalau lagi
mikirin try out buat minggu depan. Ngapain kamu senyum-senyum gitu sih,
jangan-jangan kamu masih mikirin dino ya” Saat mendengarkan ucapannya aku
sangat malu dan berusaha menahan agar tak salah tingkah.
“Jam istirahat pertama dimulai” yess saatnya jam
istirahat, aku sangat tidak sabar bertemu dengannya “Vina yuk ke kantin, aku
sudah lapar nih”. “Yukk yukk, aku sudah tak sabar makan soto ayam” entah kenapa
kaki ini sangat semangat utuk melangkah ke kantin dan ntah kenapa perut menjadi
mulas dan jantung berdetak dengan kencang.
“Yaampun rara aku lupa” ucapan vina membuat ku
terkejut “Ada apa vin, uang mu ketinggalan ya? Pakai uang ku saja dulu” aku
mengucapkan itu agar kita tidak balik lagi jalan ke kelas yang ada di lantai
dua itu. Wajah vina sangat terlihat panik sambil melihat ke layar hp nya
“Yaampun rara, aku lupa ada kumpul anak dewan galang. Kamu duluan aja yaa, dada
rara”.
Setelah vina meninggalkan ku sendiri rasanya bimbang
ke kantin sendirian, tetapi ya sudah demi bertemu dengannya aku semakin
semangat berjalan menuju ke kantin.
“Hahahaha” suara berisik canda tawa anak-anak di
kantin ini, tetapi aku tak melihat mu ada disini. Mata ku terus menerus mencari
dia dikeramaian ini, tanpa dia keramaian ini terasa sepi bagi ku.
Karena perut ku sudah sangat lapar dan tak bisa
menahannya jadi aku memutuskan memesan satu porsi bakso yang sangat enak itu
“Bu saya pesan satu porsi bakso ya, banyakin bawang gorengnya ya bu’.
Hmm dia kemana yaa, aku berusaha mencari mu di
keramaian ini. Dengan sedikit mata yang buram aku mencari-cari mu. “Dek ini
bakso nya sudah jadi” ibu kantin membuatku terkejut dengan suara dan toelan
tangannya itu.
Dengan keadaan mata ku yang buram aku membawa satu
mangkok bakso dan botol minum yang ku genggam di tangan kiri. Aku menuju ke
meja pojok depan lab ipa, yaa karena yang tersisa hanya meja itu saja. Dan di
meja itu ada satu anak laki-laki yang sedang memakan soto.
Tanpa rasa malu karena perut ku sudah sangat lapar ya
mau gamau aku duduk di meja itu, toh palingan juga adik kelas jadi ya sksd aja.
Dengan penuh percaya diri aku menghampirinya, dia duduk membelakangiku “Hai
dek, kakak boleh ya duduk disini? Soalnya semua meja penuh nih”.
Saat dia menoleh aku sangat terkejut, ternyata dia
bukan adik kelas argg bodoh sekali aku ini. Yaa dia adalah dino manusia dingin
yang membuat ku jatuh hati, “Oh rara, boleh kok” yaampun jantungku rasanya mau
pindah ke perut nih.
Dilema banget, rasa nya pengen lari aja masuk ke kelas
“Loh kok diem aja si, duduk sini gapapa kok” aarrgg jantung ku makin tak karuan
dan rasanya seperti mimpi “Hmm serius nih gapapa? Takut ganggu hehehe” ayoo
dong tolak dinoo, jadi ga tenang makan deket kamu.
“Sini buruan duduk, keburu jam istirahat selesai”
yaampun apa itu artinya dia perhatian, argg gamungkin sii ga mungkin. Aku
memberanikan diri duduk di depan nya dan makan bakso dengan anggun.
Tak sengaja aku menatap wajah nya dan ternyata dia
juga sedang menatap ku, argg apa ini yaallah. “Enak ya bakso nya?” yaampun dia
lagi ngomong sama aku ya aargg kenapa aneh si sikap dia. “Hmm iya nih enak
banget, apalagi sambelnya ini” aargg terbawa suasana banget, rasa nya banyak
kupu-kupu berterbangan disini. “Hahaha, aku balik duluan ya rara” sebelum aku
menjawab dia sudah pergi meninggalkan ku.
Memang dasar aneh manusia itu, tapi keanehan itu yang
buat aku jatuh hati. Rasanya masih seperti mimpi aku bisa berbicara dengan dia.
Walau cuma obrolan singkat tapi gapapa kok.
“Rara, ciee kenapa senyum-senyum” sapaan vina membuat
ku terkejut dan rasanya tak sabar ingin menceritakan kejadian ini dengannya
dikelas nanti. “Vinaa, udah selesai ya? Lama banget si”.
“Rara tungguin aku ya, sotonya masih lama nih” hmm aku
bingung mau bercerita ke vina mulai dari mana “Vina, tau ga ? tadi si dino
duduk di sini sama aku”.
“Hah? Serius? Kok bisa si, sini sini cerita”
sepertinya vina juga kebawa suasana hatiku deh dan dia juga seperti terkejut
dengan ucapanku ini “Hehehe nanti aja, tuh sotonya udah jadi. Buruan makan
keburu masuk”. Sambil menunggu vina makan, aku masih teringat kejadian barusan
dan serasa seperti mimpi.
Tak terasa jam istirahat sudah selesai tetapi vina
masih belum juga selesai makan “Dasar putri solo, buruan makan ihh” emang ya si
vina anaknya lemot banget kalau soal makan. “Iya ntar sabar dikit lagi” ihh
mana muka nya ngeselin sambil ngejawab.
“Woi vina rara masuk, ngapain kalian masih di kantin”
yaampun berisik banget si ibu ketua. “Anna sebentar, dikit lagi nih” haha makin
lucu liat si vina panik.
Tak lama vina selesai makan dan kita menuju ke kelas,
saat menaiki tangga aku tak sengaja menoleh ke arah lapangan. Dan disana banyak
anak laki-laki yang dihukum, tapi sepertinya itu kelasnya dino deh.
“Eh rara, itu dino bukan si? wahh dia pasti ngga
ngerjain pr lagi. Emang ya gaada perubahan dari kelas delapan” yaampun vina
ngomong nya keras banget sii, pasti semua nya denger.
“Ih apaan si, ngomong nya jangan keras-keras dong”
tanpa aku sadari ternyata suara vina emang bener-bener keras sampai semua anak
menoleh ke arah ku dan vina. Walau mata ku buram tapi aku tau mereka melihat
semua melihat ke arah ku, arrgg dasar vina ceroboh.
Saat memasuki kelas anna melihat ku dengan tatapan
sinis, oh iya jadi anna itu mantannya dino di kelas tujuh. Mungkin dia tau aku
menaruh hati pada dino.
“Eh rara katanya mau cerita” yaampun vina buat aku
kaget aja, vina emang anak nya semangat banget denger curahan hatiku ini. “Hmm nanti
aja deh di tempat les biar lebih santai”.
Ngga kerasa udah jam pulang sekolah dan aku harus
buru-buru pulang karena mendung, sebelum pulang aku juga harus piket kelas nih.
“Rara aku boleh ngga tanya sesuatu sama kamu?” yaampun
anna mau tanya apa ya, apa dia beneran tau aku punya hati sama dino. “Oh anna,
boleh kok. Mau tanya apa?” yaampun anna tatapan mata apa itu, sepertinya dia
mau menanyakan hal serius.
“Hm kamu deket sama dino ya?” argg sepertinya memang
dia tau dan masih menaruh hati pada dino. “Eh ngga kok, kenapa emangnya?”
yaampun makin canggung aja nih, jadi ngga nyaman piket kelas nya.
“Tadi aku ngga sengaja liat kalian di kantin satu
meja, dan kalian juga ngobrol. Setau aku dino anak nya dingin dan cuek sama
perempuan” sangat terlihat sepertinya anna masih menyimpan perasaan pada dino.
“Hm iya bener aku sama dino tadi ngobrol, kita kenal karna dia satu kelas sama
aku waktu di bangku kelas delapan. Kenapa anna kamu tanya seperti itu? Apa kamu
masih belum move on sama dino”.
Tatapan anna semakin tidak enak saat melihat ku “Hm
ngga kok Cuma tanya aja hehe, buruan yuk nyapu nya biar cepet pulang” seperti
nya anna cemburu, arrgg susah banget si suka sama si dino. Mana anna cuma
mantan satu-satunya.
“Rara udah belum? Angkot nya keburu penuh” vina yaa
emang ga pengertian, bukannya dibantu malah tambah bikin panik. “Iya bentar ya
vina sayang”.
Saat aku dan vina menuju ke gerbang, tak sengaja aku
melihat dino yang sedang duduk sendiri di taman sekolah. “Eh rara itu dino, dia
kenapa ya ngga pulang” ih vina makin buat aku overthinking aja. “Hm kali aja
mau ada janji”.
Setelah merasakan perjalanan panjang di angkot, aku
berbaring di kasur ku sambil melihat foto dino dan semakin membayangkan aku
menjadi pemilik hatinya.
“Rara bangun ayo berangkat” tak sadar aku tertidur dan
vina sudah ada di kamar ku dengan tangannya yang memegang permen. “Vina unntun
aja kamu jemput, ga sadar nih ketiduran”.
Aku pun bergegas mandi dan segera berangkat di tempat
les, setiba nya di tempat les aku dan vina memilih di bangku paling pojok agar
bisa gibah bareng.
Aku menceritakan semua nya pada vina, termasuk
kejadian ku dan anna saat piket kelas tadi. Vina hanya bisa memberiku semangat
untuk mendapatkan dino “Tenang rara semenjak mereka putus, mereka jadi asing.
Jadi aman kok kalau kamu deket sama dino nantinya”.
Tak sadar waktu pun juga cepat berjalan, “Eh nanti
makan bakso aci yuk” si vina emang ya makanan mulu di pikirannya. “Yaudah
hayuk, nanti beli bakso aci di mana ya yang enak”.
“Di deket rumah dino tuh enak, kan kali aja kalian ga
sengaja ketemu” ih emang ya vina suka banget liat sahabatnya ini salting.
Setelah selesai les aku dan vina menuju ke tempat
penjual bakso aci itu, sesampainya di sana aku was-was dan takut bertemu dengannya.
Tapi ternyata tidak bertemu, lega banget argg.
“Rara kita bungkus aja ya, aku udah cape nih pengen
tidur aja” yaelah tadi perasaan siapa yang minta bakso aci neng. “Iya vin, aku
juga cape nih”.
“Cape apaan si lu, cape mikirin dino ya hahaha” ihh
vina suka banget bikin salting argg. Saat pesanan kita sudah jadi, kita pun
pulang dan vina sepertinya langsung tidur saat sampai di rumahnya.
Selesai pakai skincare mata jadi seger dan aku
memutuskan bermain hp, karena dari pulang sekolah sudah ga buka hp. Tak sengaja
aku melihat notif instagram dan ternyata dino udah follow aku duluan. Yaampun
apa aku lagi mimpi, atau doa ku di sepertiga malam di wujudkan.
Setelah aku follback teryata dino dm aku, argg apa ini
nama nya cinta terbalaskan.
“Hai rara, ini aku dino” argg demi apa ini dia dm aku.
“Eh iya dino, tau dari mana nama akun ku?” dan sialnya dia cuma read aja. Haduh
harga diri ku rasanya seperti sudah hilang.
“kring kring kring” suara alarm membuat ku terbangun
dan aku mencoba cek hp apakah semalam aku bermimpi atau emang nyata. Dan
ternyata aku tidak bermimpi argg.
Saat tiba di sekolah aku sudah bertemu dengan dino,
arg malu banget dm ku cuma di read. “Hai dino, pagi banget berangkatny” aku
memberanikan menyapa dino walau agak malu si “Hai rara” yaampun dino aneh
banget si sifat lu mana singkat jawab nya. “Hm ada jam pagi?” dino hanya
menatapku dan dia mengalihkan pandangannya ke depan lagi “Iya ra, ada jam pak
dominggus” alhamdulilah dia ngomong juga.
“Bruk” aduh sakit banget mana malu lagi argg, “Eh rara
kok bisa jatuh si, ada yang sakit ngga” arg dino perhatian benget sii. Jantung
ku makin berdetak dengan kencang dan tak karuan, “Ngga papa kok, aku duluan ya
dino” aku langsung berlari secepat tenaga, rasa nya malu banget. Tapi juga
salting sih karena dia juga menolong ku berdiri.
“Hai rara” dih si anna ngapain si “Iya anna, kok
tumben dateng pagi” hm anna semoga ga liat kejadian tadi. “Hehehe iya tadi
bareng sama kakak aku” aduh males banget ngobrol sama si anna ini. Tanpa aku
sadari anna aku abaikan, ya karena bawaan mood saat lagi ada tamu bulanan.
Oh iy lupa aku harus ambil jurnal dan presentasi itu
di ruang piket guru, mana vina belum dateng lagi. “Rara mau sudah ambil presentasi
sama jurnal belum” hm gimana yaa okelah sama dia aja “Hm belum nih, mau ambil
sekarang”. “Hayu yuk, ih nanti lewat kelas 9E ya” ih itu kan kelas nya dino,
anna apaan si udah jadi mantan juga kok.
Aku menuruti permintaan anna dan melewati kelas dino,
dan tanpa sengaja ada dia di depan kelas lagi duduk sambil membaca buku. Haduh
anna pasti bertingkah, hm tapi kenapa ya dia ngga masuk ke kelasnya.
Ayo stay cool lewat di depan dia “Hai rara, gimana
sakit ngga lutut nya” yaampun demi apa dino, dia menanyakan hal kecil seperti
itu. “Heheh ngga papa kok, ngga sakit. Btw ngapain disini? Kok nggak masuk ke
kelas?” dino hanya melihat ku dengan tatapan matanya itu dan anna langsung
pergi meninggalkan ku dengan membawa jurnal dan presensi kelas itu.
Setiba nya di kelas anna menyindirku dengan sindiran
seolah-olah aku menjadi perusak hubungan mereka, tapi ya sudahlah aku tak
seperti itu. “Anna ngapain sih tadi langsung kabur aja” aku mengucapkan itu
agar kita tak jadi musuh nantinya. Anna hanya melihatku dengan tatapan sinis
dan berkata “Lagian lu asik sama dino”. Disini aku hanya terdiam saja dan tak
melanjutkan percakapan.
Ternyata vina lagi ikut diklat dewan galang, jadi aku
di kelas duduk sendiri. Saat istirahat pun aku juga sendiri, tapi aku lihat ada
vina dan dino lagi ngobrol berdua. Tapi ntah kenapa perasaanku sakit dan rasaya
menjadi ingin menangis.
“Eh rara sini, ngapain duduk di situ” saat vina
memanggilku dino hanya menoleh dan tersenyum. Aku pun menghampiri mereka berdua
dengan mood yang sangat buruk, “Ra, kenapa diem aja” ih si vina pura-pura ngga
peka.
“Gais duluan ya balik kelas nya” dino juga ngapain sih
giliran aku dateng cepet-cepet balik kelas. “Tadi dino ngomongin tentang
organisasi aja kok, jangan cemburu” aargg vina mana keras banget ngomongnya.
Dino langsung balik arah menuju ke arah ku dan vina, memang vina suka ceplas
ceplos banget si.
“Kenapa kalian sebut nama ku?rara kenapa cemburu” dino
bertanya sambil menatapku dan ucapan vina juga membuat ku kaget “Dino
sebenernya rara ada rasa sama kamu”. Sontak dino menatapku dan bertanya “Hah?
Rara serius lu?”. Aku hanya berlari dan meninggalkan mereka, selama di kelas
aku hanya diam dan mengacuhkan vina.
Saat mau pulang sekolah dino menunggu ku di depan
gerbang dan dia pun menarik tangan ku dan membawa ku menuju ke taman. Rasanya
makin tak karuan dan aku makin benci vina, “Apaansi dino tarik-tarik” aku juga
mendadak badmood, pertanyaan dino makin membuatku tak karuan “Rara lu beneran
suka sama gua?” dia bertanya sambil menatap mata ku.
“Kalau emang iya kenapa? Aku udah lama naruh hati sama
kamu” aku langsung berlari meninggalkan dia, tanpa aku sadari dino mengejarku
dan menarik tas ku. Emang ya gabisa romantis dia, “Bentar jangan pergi dulu,
vina udah jelasin semua ke aku. Dan kamu jangan marah sama dia” saat mendengar
perkataannya aku makin emosi. “Oh jadi kamu ada rasa ya sama vina” aku sedikit
membentak tetapi dino hanya menatap ku dengan tatapan yang penuh kesabaran.
“Bentar rara, aku mau ngomong belum selesai. Jadi aku
juga punya rasa juga ke kamu” argg apa ini mimpi, apa aku lagi berhalusinasi.
“Cubit aku dino cubit” arg rasanya seperti mimpi ini, kudu berterimakasih sama
vina dan minta maaf karna aku egois.
“Hahaha apaan si lu, ini serius” ucapan dino membuat
ku lega dan aku merasa sangat bahagia. “Jadiii? Ini gimana” aku menanyakan agar
lebih yakin kalau dia memang ada rasa padaku.
“Yasudah kita pacaran aja, lu mau kan ra” argg rasanya
mau loncat dari atas gedung. Sebelum aku menjawab vina dan anna menghampiri ku
“Hai gais” ih anna ngapain si pakai acara nyapa segala.
“Kalian ngapain disini, eh mana pegangan tangan cie”
ucapan vina membuat anna jadi makin tak suka pada ku, tak tau kenapa anna
langsung pergi meninggalkan kita bertiga. Lalu kenapa dino mengejar anna “Dino
tunggu mau kemana? Aku kan belum jawab” dino hanya mengacuhkan ku dan dia
meninggalkan ku.
Perasaan ku menjadi sakit dan aku merasa seperti di
terbangkan lalu di jatuhkan kembali, aku langsung pergi meninggalkan vina
sendirian. Semoga dia paham keadaan ku sekarang ini, saat di depan gerbang aku
melihat dino berlari lagi menuju ke arahku.
Tetapi aku hanya mengacuhkan dan meninggalkannya “Rara
tunggu mau kemana, rara aku belum selesai ngomong” aku langsung meninggalkan
dino dan tak mau bertemu dengannya lagi. Sore hari ibu menyuruhku membeli gula
di supermarket dekat sekolah itu, rasa nya malas tapi demi ibu aku rela melawan
rasa malasku.
Mendadak rantai sepedahku putus dan aku hanya berdiri
sendiri di depan taman komplek, aku melihat dino dan vina berboncengan. Hal ini
membuuat ku makin kesal, mereka lalu menuju ke arahku “Rara aku mau ke rumah mu
lo, tapi ketemu di sini hehe” ih apaansi dino sok akrab banget.
“Dino buruan jelasin, kalau ngga lu bonyok disini”
apaan sih vina sok keras hahaha, mau ketawa tapi gengsi. “Kalian mau ngapain
sih, gajelas banget”.
“Rara kamu salah paham ya, ini tadi go food ku udah di
depan sekolah. Jadi aku buru-buru ambil, bukan karena kejar si anna hahaha”
yaampun apa ini beneran ya dia ambil go foodnya.
“Hahaha iya rara, jangan salah paham ya” vina juga
ikut ngejek lagi argg. “Kata vina kamu suka sushi, jadi ini aku beliin hehe. Eh
tapi sebelum itu kamu terima ngga aku jadi pacarmu” hah apa aku lagi mimpi ya,
aku mencoba cubit tangan ku dan rasanya memang beneran sakit. Apa ini nyata
yaa, “Rara jangan ngelamun, itu tuh kasian dino hahah” arg apa aku bermimpi
yaallah.
“Hm gimana ya, dino kamu serius kan” tangan dia
langsung memegangku dan dia menatapku dengan penuh ketulusan “Emang kamu pikir
aku bercanda?” argg jantung ku makin berdetak dan dengan penuh rasa senang aku
menerima dia jadi pacarku. “Iya dino mauu, mau bangettt” seneng banget rasa
nya, hidup ku terasa lebih sempurna dan mimpi ku terasa menjadi nyata.
“Udah dong pegangan tangannya, btw besok kudu traktir
bakso aci si” hahaha vina maaf ya aku
lupa ada kamu. Lalu aku dan dino berangkat membeli gula pesana mama, vina ya
pulang lah naik gojek.
Hidupku terasa lebih sempurna saat dengannya, kita
menjalani hari dengan penuh keharmonisan dan dia juga setia padaku. Ternyata
doa ku di sepertiga malam tak sia-sia dan aku merasa sangat senang terlahir di
dunia ini.
Komentar
Posting Komentar