Cerpen "Kebun Winter" Karya Shabila

 

Shabila Cahyaning Adiyanti

XI MIPA 1 / 31

 

Kebun Winter

            Pada suatu hari di sebuah hutan hiduplah seekor kucing yang cantik, kelinci itu bernama Winter. Winter suka sekali berkebun sehingga ia memiliki kebun yang berisi sayur-sayuran dan buah-buahan yang sangat segar. Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Winter karena hari ini merupakan hari dimana buah pisang miliknya akan dipanen, Winter sangat suka buah pisang karena rasanya manis sehingga dia menumbuhkan bibit pisang di kebunnya. Winter pun berjalan dengan hati yang ceria menuju kebun nya dengan membawa keranjang besar di tangannya. Saat di kebun ia dengan semangat mengambil buah pisang yang sudah layak dimakan, dan tidak lupa juga Winter menanam bibit-bibit sayuran dan buah di kebunnya lagi dengan teliti dan cermat.

 

            Ketika sudah selesai mengerjakan pekerjaan di kebun nya itu Winter dengan semangat jalan pulang ke rumah karena sudah tidak sabar ingin menyantap hasil panen nya itu. Hingga di tengah jalan ia melihat seekor monyet yang bernama Dodi, Dodi merupakan warga kampung sebelah yang sangat ramah terhadap orang disekitarnya. Dodi terlihat seperti memegang perutnya dan melihat sekitar seperti sedang mencari sesuatu, akhirnya Winter pun menyapa Dodi “ Hai Dodi, sedang apa kamu   disini? “  Dodi pun menjawab dengan lesu “ Hai Winter, aku sedang kelaparan dan ingin mencari makanan disini karena bahan makanan ku di rumah sudah habis “ Lalu Winter dengan baik menawarkan Dodi untuk mampir ke rumahnya untuk memakan hasil panen pisangnya bersama, dan Dodi pun menyetujui itu. Saat di jalan Winter merasa kelelahan karena membawa keranjang yang sangat berisi itu, Dodi pun menyadari hal tersebut akhirnya membantu Winter untuk membawa keranjang itu. Tidak terasa lama akhirnya mereka sampai di rumah Winter dengan selamat. Tidak lama kemudian Winter langsung menyambut Dodi di rumahnya dengan senang, dan Winter pun izin kepada Dodi untuk mempersiapkan pisang yang sudah dipanen tadi. Waktu berjalan terasa dengan cepat karena Winter dan Dodi berbincang kesana mari sambil makan pisang yang sudah diolah dengan Winter tadi. Akhirnya Dodi pun pamit pulang kepada Winter karena matahari sudah mau terbenam.

 

            Keesokan harinya Winter ingin berkebun lagi karena itu merupakan hal terfavorit nya. Ia berjalan menuju kebun dengan semangat dan tidak lupa juga dia menyapa warga sekitar dengan ramah. Winter pun sampai di kebun nya, saat memasuki kebun ia sangat terkejut karena kebunnya berantakan sekali. Sayuran dan buah yang dia tanam dengan susah payah sekarang menjadi hancur lebur, Winter pun menangis sejadi-jadinya hingga didengar oleh warga sekitar, dan kebetulan disana ada Dodi juga. Dodi pun menenangi Winter supaya tidak menangis lagi. Winter berkata dengan menangis sesenggukan “ Dodi bagaimana ini bisa terjadi huwaa sayuran dan buah ku yang sudah aku tanam dengan kerngat sekarang sudah menjadi bubur”, “Aku juga tidak tahu Winter, sudah jangan menangis nanti kita bisa menanam nya kembali bersama” jawab Dodi sambil merangkul Winter. Setelah Winter merasa tenang akhirnya dia minta tolong kepada Dodi agar mengantarnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Winter, Dodi pun izin pamit pulang karena ia ada urusan. Winter dengan perasaan sedihnya masih penasaran mengapa kebunnya bisa hancur lebur begitu.

 

            Dengan tekad yang berani Winter pun ingin menyelidiki sebab dari hancur kebunnya tersebut. Keesokan harinya Winter pun kembali ke kebun dan ingin menanyakan ke warga sekitar kebunnya tentang kejadian tadi malam yang menimpa dirinya. Ia sudah menanyakan ke tiga atau lima warga tetapi semua itu tidak ada yang tahu bagaimana kejadian itu terjadi. Winter tidak menyerah dan akhirnya ada satu warga yang melihat seseorang masuk ke kebunnya pada malam hari dengan pakaian serba hitam sehingga muka pelaku tersebut tidak bisa terlihat dengan jelas. Tetapi orang tersebut melihat ada buntut coklat dan terdapat tanda lahir di buntutnya yang tidak tertutup dengan kain hitamnya. Saat mendengar penjelasan tersebut Winter pun langsung berpikir ‘siapakah warga hutan ini yang memiliki buntut bewarna coklat dan memiliki tanda lahir di buntutnya itu?’entah mengapa Winter langsung teringat dengan Dodi, karena pada saat Dodi mampir kerumahnya ia melihat tanda lahir yang ada di buntut Dodi dengan jelas. Merasa ada kejanggalan itu Winter pun berencana nanti malam akan bersembunyi di sekitar kebunnya untuk melihat siapakah pelaku yang sebenarnya.

 

            Malam hari pun tiba, Winter dengan jiwa penasarannya segera bergegas ke kebunnya dengan diam-diam. Sesampainya di kebun ia bersembunyi di balik pohon yang besar, dengan waktu yang lumayan lama ia menunggu disana.  Hingga tiba-tiba terdengar suara grusak-grusuk dari kebunnya, ia pun langsung bangkit dari duduknya dan melihat siapakah pelaku perusakan kebunnya itu. Pada waktu yang lengah Winter pun memasuki kebunnya itu dan mendekati sang pelaku “ Hei sedang apa kau makhluk hitam di kebunku” panggil Winter dengan berani, dan akhirnya sang pelaku berbalik arah dengan menunjukan wajah yang sangat kaget tetapi wajahnya ditutup oleh masker setengah. Dengan berani Winter mendekati lagi sang pelaku dan ingin membuka masker pelaku, tetapi belum melepasnya Winter bertanya kepada pelaku “Kamu ingin aku yang membuka masker ini atau kau sendiri yang jujur kepadaku secara langsung?” Pelaku pun menjawab dengan gugup “ A-aku akan jujur saja, te-tetapi mohon maafkan aku Winter” sang pelaku akhirnya bersujud di kaki Winter dengan ketakutan. “ Yasudah sekarang buka masker mu” tantang Winter kepada pelaku, pada saat pelaku membuka maskernya Winter pun sangat terkejut karena ternyata yang menjadi pelakunya adalah Dodi, teman yang sudah Winter anggap dengan sangat baik. Dodi pun meminta maaf sebesar-besarnya kepada Winter karena telah melakukan hal tersebut. Winter pun bertanya dengan perasaan yang campur aduk“Mengapa kamu melakukan ini Dodi? Jika kamu ingin hasil panen ku kamu bisa bilang kepadaku saja tidak usah membuat berantakan begini” Dodi menjawab dengan gugup dan menangis “A-aku takut bilang ke kamu Winter, tolong maafkan aku Winter, aku tidak akan melakukan hal ini lagi” Akhirnya Winter menyuruh Dodi berdiri dan berkata bahwa Winter akan memaafkannya tetapi Dodi tidak boleh melakukan hal ini lagi dan sebagai hukumannya Dodi harus membersihkan kebun ini dan menanam bibit-bibit sayuran dan buah yang sudah hancur. Dodi pun akhirnya berterimakasih kepada Winter karena telah memaafkannya.

            Keesokan harinya Dodi pun mulai membersihkan dan menanam bibit-bibit sayuran dan buah lagi di kebun milik Winter itu. Winter pun sudah memaafkan apa yang Dodi lakukan kemarin, dan Dodi sudah berjanji untuk tidak melakukan hal itu lagi. Akhirnya Winter dan Dodi pun berteman dengan baik selamanya.

 

Komentar