Jadi Diri Sendiri
Karya : Fatikah Setyo Putri XI MIPA 1/12
Di senin pagi semua siswa mengikuti upacara bendera, biasanya setelah upacara selesai sekolah akan mengumumkan siswa-siswi yang berhasil mendapatkan juara dalam lomba yang diikutinya. Semua warga sekolah sudah tidak kaget saat nama Imel dipanggil maju ke depan untuk menunjukkan juara yang telah diperolehnya. Imellia Anastasya biasa dipanggil Imel, ia adalah siswa kelas 3 SMA yang dikenal sebagai seorang gadis yang pintar, memiliki banyak prestasi, dan serba bisa dalam segala hal. Semua warga sekolah pasti tahu jika ditanya siapa Imel.
"Selamat kepada Imellia Anastasya dari kelas 12 IPA 6 karena telah mendapatkan juara 1 dalam lomba olimpiade fisika tingkat nasional" ucap Pak Agus kepada Imel.
Sontak semua siswa memberikan tepuk tangan kepada Imel.
"Enak banget ya jadi Imel gak khawatir gimana masa depannya nanti" ucap beberapa anak yang kagum pada Imel.
Kemudian bel berbunyi menandakan kegiatan pembelajaran dimulai, siswa-siswi langsung bubar meninggalkan lapangan menuju ke kelasnya masing-masing. Alena sahabat Imel sejak SMP langsung mencari Imel untuk kembali ke kelas bersama. Sesampainya di kelas Alena dan Imel langsung duduk di bangkunya sambil menunggu guru datang.
Hari ini jam pertama adalah jadwal pelajaran biologi yang agendanya remedi ulangan harian yang telah dilaksanakan minggu lalu. Akhirnya Bu Sofi guru biologi telah masuk ke kelas, sontak satu kelas menjadi gaduh takut mereka akan remedi.
"Duh deg-degan banget aku remedi gak ya Mel" tanya Alena pada Imel.
"Semoga enggak Len amin" balas Imel menenangkan.
"Kamu kok kelihatan deg-degan juga Mel? kan udah pasti kamu enggak remedi" ucap Mita.
"Meskipun begitu aku takut remedi juga, siapa tahu ternyata hasil ulanganku kali ini dibawah KKM" jawab Imel.
"Enggak mungkin banget lah seorang Imel bisa remedi, semua orang juga udah tahu" sahut Karina.
Bu Sofi akhirnya mengumumkan siapa saja yang akan melakukan remedi. Satu kelas tiba-tiba menjadi heboh karena ternyata Imel harus remedi. Semua pandangan tertuju pada Imel.
"Hah tumben banget Mel kamu remedi"
"Serius Imel ikut remedi juga?!"
"Kok bisa Imel ikut remedi? Kenapa Mel?"
Banyak pertanyaan yang menghujani Imel, ia takut akan mengecewakan orang disekitarnya. Imel pun pasrah dan menerima kenyataan bahwa dia harus remedi. Remedi pun dimulai, siswa yang tidak remedi menunggu di luar kelas termasuk Alena. Setelah satu jam berlalu remedi telah selesai, Alena menghampiri Imel yang terlihat kecewa.
“Kenapa Mel?” tanya Alena pelan.
“Gapapa kok Len” balas Imel lemas.
“Remedi itu wajar Mel kita gak bisa terus-terusan bisa ngerjain segala hal, manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi gapapa Mel jangan sedih ya” hibur Alena.
“Makasih banyak ya Len kamu udah nenangin aku”
“Iya Mel sama-sama” balas Alena sambil tersenyum mengusap pundak Imel.
Kringg…. Bel berbunyi menandakan pergantian pelajaran. Teman-teman satu kelas Imel kembali ke bangku masing-masing untuk mempersiapkan pembelajaran berikutnya. Imel mengikuti pembelajaran hari ini dengan mood yang tidak begitu bagus. Akhirnya semua pembelajaran telah selesai, Imel segera merapikan buku dan alat tulisnya kemudian bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah mama Imel menanyakan keadaan Imel karena ia terlihat tidak bersemangat.
“Kenapa Mel? Gimana sekolahnya tadi”
“Maaf ya ma tadi Imel remedi ulangan biologi”
“Kok bisa Mel? Kalau nanti nilai biologimu jelek gimana bisa kamu nanti masuk Fakultas Kedokteran UGM?”
“Iya ma Imel mau belajar lagi”
Setelah itu, Imel langsung menuju ke kamarnya untuk istirahat sebentar. Saat Imel melihat jam tiba-tiba sudah menunjukkan pukul 7 malam, ternyata Imel ketiduran. Bergegas Imel pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian Imel belajar materi yang telah dipelajarinya tadi di sekolah dan belajar biologi supaya ia tidak remedi lagi. Tak terasa sudah pukul 1 dini hari Imel langsung menghentikan belajarnya dan pergi tidur.
Keesokan harinya saat jam istirahat Bu Sofi memanggil Imel ke ruang guru. Imel sedikit takut karena ia takut ada masalah mengenai remedinya kemarin. Akhirnya Imel memberanikan diri untuk pergi ke ruang guru. Sesampainya di ruang guru Imel langsung mencari Bu Sofi dan menghamppirinya. Ternyata Bu Sofi ingin menawari Imel untuk ikut olimpiade biologi di Jakarta mewakili kotanya.
Kekhawatiran Imel mengenai remedi akhirnya hilang namun muncul rasa takut jika nanti ia gagal dalam olimpiadenya. Mau tidak mau ia menerima tawaran Bu Sofi untuk ikut olimpiade. Bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi, Imel pamit ke Bu Sofi untuk kembali ke kelasnya. Sesampainya di kelas ia langsung duduk di bangkunya.
“Ada apa Mel? Bukan masalah remedi yang kemarin kan?” tanya Alena penasaran.
“Bukan kok Len tenang aja, aku cuma ditawari Bu Sofi untuk ikut olimpiade biologi” balas Imel sambil tersenyum.
“Wah kamu setuju Mel? Semangat ya Imel semoga dilancarkan olimpiadenya nanti” ucap Alena yang ikut tersenyum.
“Amin…. Makasih banyak Alena”
Kemudian mereka berdua mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran telah selesai seperti biasa Imel langsung pulang untuk segera belajar. Sesampainya di rumah Imel langsung belajar materi olimpiade. Begitupun hari-hari selanjutnya kegiatan Imel hanya sekolah dan belajar materi olimpiade.
Satu minggu kemudian
“Widih yang mau ikut olimpiade lagi nih” kata Mita.
“Weh si murid unggulan mau berangkat olimpiade” tambah Karina.
“Maksud kalian apasih?! Mau ngejek Imel? Kalian iri karena gak pernah ikut olimpiade iya?” balas Alena.
“Udahlah Len biarin” timpal Imel.
“Mereka ngeselin banget Mel” ucap Alena dengan sedikit emosi.
“Biasalah mereka kan emang gitu”
“Iya maaf ya Mel bikin gaduh, yaudah kamu segera naik nanti ketinggalan hehe. Hati-hati ya Mel semangat semoga menang”
“Pasti makasih Alena” balas Imel terharu.
Kemudian Imel langsung berangkat ke Jakarta bersama peserta lainnya. Sepanjang perjalanan ia sangat khawatir mengecewakan orang lain lagi, ia terus berdoa supaya nanti olimpiadenya dilancarkan. Tak terasa sudah dua jam ditempuhnya, Imel sudah sampai di Jakarta. Sesampainya di lokasi ia langsung menuju tempat perlombaan.
Awalnya Imel mengerjakan soal seperti biasanya, namun tiba-tiba waktu pengerjaan kurang 10 menit dan masih tersisa 30 soal yang belum Imel kerjakan. Imel menjadi panik hingga ia tidak bisa fokus pada soal yang ia kerjakan. Waktu tinggal 2 menit masih banyak soal yang belum Imel kerjakan akhirnya ia menjawab soal dengan asal. Dalam perjalanan pulang Imel sangat kecewa pada dirinya sendiri.
Setibanya di rumah Imel langsung pergi ke kamarnya, ia menangis takut dia mengecewakan lagi. Sampai akhirnya Imel tertidur. Keesokan harinya Imel berangkat sekolah dengan mata sembab karena menangis semalaman. Hari ini adalah hari senin seperti yang semua tahu setiap selesai upacara ada pengumuman siswa yang berhasil memperoleh juara.
Nama-nama siswa yang telah mendapat juara telah di umumkan. Beberapa siswa menatap Imel, mereka heran kenapa kali ini Imel tidak maju ke depan. Alena paham apa yang terjadi pada Imel, ia tidak berani berbicara kepada Imel terlebih dahulu. Bel masuk telah berbunyi, semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing.
Sesampainya di kelas Alena tidak melihat Imel ada di kelas, ia panik kemudian mencari Imel ke seluruh sekolah. Tidak seperti biasanya Imel bersikap seperti ini. Alena mendengar suara tangisan di halaman belakang sekolah. Segera Alena menghampiri asal suara itu, benar dugaan Alena ternyata itu Imel.
“Mel kamu kenapa?” tanya Alena khawatir.
“Gak tau Len aku takut” balas Imel sambil menangis.
“Mel cerita aja gapapa”
“Aku takut Len aku gak bisa menuhin apa yang orang tuaku dan orang lain mau, aku selama ini udah berusaha semampu aku supaya aku bisa menuhin semua keinginan itu tapi ternyata aku gak bisa Len.”
“Tenangin diri dulu ya Mel, aku paham perasaan kamu saat ini tapi kita punya batasan kemampuan sendiri dan itu beda-beda tiap orang. Kalau memang kemampuan kamu hanya sebatas itu gapapa kita gak bisa maksain untuk melebihi batas kemampuan kita. Kita gak bisa maksa diri kita jadi orang lain atau jadi yang orang lain mau, karena kita ya kita. Mel mulai sekarang kamu ikutin aja kemauan dari kamu sendiri supaya kamu tidak terbebani”
“Iya Len bener juga selama ini aku selalu menurut saja, aku tidak berpikir aku mampu atau tidak mengerjakan itu. Mulai sekarang aku mau jadi diriku sendiri, makasih banyak Alena kalau kamu gak kesini aku gak tau harus gimana lagi”
“Mel kita ini sahabat kalau salah satu dari kita kesusahan pasti kita saling tolong menolong, udah ya jangan sedih lagi”
“Iya Len, yaudah yuk kita kembali ke kelas nanti dicari guru”
“Yuk”
Akhirnya Imel sudah kembali seperti biasa dan menjadi dirinya sendiri. Kita sebagai manusia tidak bisa memaksa melebihi batas kemampuan kita juga tidak bisa selalu menjadi yang orang lain inginkan.
Maybe I made a mistake yesterday, but yesterdays me is still me. Today, I am who I am with all of my faults and my mistakes. Tomorrow, I might be a tiny bit wiser, and that will be me too – BTS RM
Komentar
Posting Komentar